Peluang Kaum Muda Dan Momentum Pilkada

Peluang Kaum Muda Dan Momentum Pilkada

Kemenangan pasangan calon Gubernur Jawa Barat “Hade” Ahmad Heryawan-Dede Yusuf dalam Pilkada Jabar beberapa saat yang lalu, menggulirkan satu pertanyaan besar tentang wacana sosok pemimpin muda. Sepertinya hal ini menandai kerinduan masyarakat terhadap “perubahan” yang dirasa selama ini begitu mandek. Benarkah masyarakat kini menginginkan sosok figur muda untuk menjadi pemimpin di negri ini agar dapat membawa angin perubahan pada sistem pemerintahan kita yang telah bobrok. Apakah memang sudahkah saatnya kaum muda diberikan kesempatan untuk memimpin negri dan parameter seperti apakah sosok muda yang layak memimpin. Apakah ukuran usia dan kemudaan menandai kematangan dan kedewasaan dalam memahami persoalan bangsa dan ideologi? Semua ini menjadi pertanyaan bagi sejumlah kalangan. Disisi lain fenomena ini membawa harapan dan angin segar bagi para kandidat Kepala Daerah yang muda-muda untuk bertarung dalam rangkaian sejumlah Pilkada diberbagai daerah.

Kepemimpinan Kaum Muda dan Partisipan Politik
Sesungguhnya kemunculan figur-figur kaum muda haruslah didukung oleh siapapun, kaum tua memang harus memberi kesempatan bagi generasinya yang lebih muda untuk semakin mematangkan kemampuan bergelut dalam perspektif kekuasaan dan pemerintahan. Namun apakah artinya bahwa kaum tua sudah tidak lagi layak mengemban kepemimpinan bangsa ini kedepan, dan apakah semua problematika dan segudang persoalan bangsa kita saat ini dapat kita alamatkan karena kesalahan kaum tua yang telah memimpin bangsa ini? Tentu kita semua sepakat tidak akan bersikap sepragmatis itu.

Bergulirnya wacana kepemimpinan kaum muda ini muncul tepatnya pada puncak perayaan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2007 lalu, wacana ini kemudian bergema dan mendapat respon dari beberapa kalangan dan tokoh politik nasional. Dan kini sejak bergulirnya Pilkada di berbagai daerah sampai sekarang, tampaknya menjadi momentum yang kian menggulirkan realitas harapan masyarakat terhadap sosok kepemimpinan kaum muda. Menurut Almarhum Pramoedya Ananta Toer, kegagalan Reformasi diantaranya adalah gagal menghasilkan pemimpin muda yang memiliki visi kebangsaan dan kerakyatan.

Dalam berbagai perjalanan suatu bangsa dimanapun diberbagai negri, tak dapat dipungkiri keberadaan dan peran penting kaum muda dalam mendorong arus dan arah perubahan bangsanya. Siapakah yang dapat menyangkal hal ini. Awal abad 20, dimulainya zaman pergerakan Indonesia secara modern, dimulainya perlawanan terhadap kolonialisme secara modern yakni dengan berorganisasi.

Kini, bangsa kita jelas membutuhkan pemimpin baru dengan visi besar yang mampu mengangkat harkat dan kedaulatan bangsa kita agar kita tidak terus menerus menjadi budak di negri sendiri. Kita membutuhkan pemimpin yang bersih secara moral, bersih dari pemikiran kepentingan pribadi dan berkarakter ideologis. Dan ini menjadi tantangan bagi para aktivis-aktivis muda yang adalah calon-calon pemimpin bangsa kedepan, agar janganlah mengkooptasikan dirinya dengan kepentingan politik uang semata. Kita tidak butuh pemimpin yang hanya ingin menjadi avonturisme politik belaka, yang hanya bertujuan meniti karir politik demi kekuasaan untuk dirinya sendiri.

Lantas bagaimanakah caranya menghantar kaum muda ini agar dapat memimpin bangsa dan negri ini kedepan? Bila memang keinginan itu begitu kuat, maka haruslah kaum muda harus siap bertarung merebut kekuasaan dari konstelasi kekuatan politik saat ini. Mau tidak mau kaum muda akan dihadapkan pada realitas menjadi Partisan politik terlepas apapun pilihan partai politiknya. Kaum muda tidak lagi harus terus menerus memposisikan dirinya sebagai gerakan moral. Mekanisme yang sah secara konstitusionil untuk dapat memasuki gelanggang kekuasaan adalah lewat partai politik dan mengikuti Pemilu sebagai jalur formal yang disediakan oleh pemerintah. Jadi, bila kaum muda memang merasa kini sudah saatnya memimpin negri ini dan merebut kekuasaan bagi perubahan bangsanya, maka kaum muda harus membangun kesadaran partisan politik, terlibat politik praktis dan harus dekat dengan akar rumput yakni rakyat itu sendiri sehingga akan memahami persoalan rakyat sesungguhnya. Kaum muda sebagai pilar perubahan bangsa haruslah mendasarkan perjuangannya pada cita-cita membangun bangsa dan membangkitkan kesadaran politik yang sejati bagi rakyatnya. Kaum tua haruslah memberikan dukungan.

Namun kini, masih banyak kaum muda dan aktivis gerakan kaum muda yang masih anti partisan politik. Mereka merasa perjuangan kaum muda hanya sebatas menyelenggarakan diskusi, seminar, siaran pers, advokasi dan aksi-aksi semata. Untuk situasi politik sekarang, pola pikir semacam ini sepertinya sudah kurang relevan. Kita melihat begitu banyak politisi-politisi muda saat ini yang mengawali karir politiknya dari organisasi-organisasi kemasyarakatan atau gerakan mahasiswa. Atau pun yang memang telah terlibat langsung dengan menjadi struktur partai dan melalui sejumlah ormas-ormas kepemudaan partai politik.
Yang perlu dicermati adalah bahwa kemampuan melakukan perubahan jangan hanya karena menilai dari segi usia, lantaran bahwa mereka yang usia muda, energik, dinamis dan dinilai tidak memiliki beban sejarah seperti yang dianalisis oleh beberapa pengamat politik. Hal ini bukanlah jaminan. Yang jelas masyarakat kita sangat membutuhkan spirit kepemimpinan baru yang dapat membawa perubahan nyata dalam kehidupan mereka. Karena itulah masyarakat berpikir dengan memilih kaum muda adalah jawabannya. Hal ini tentunya sikap yang cenderung pragmatis, bahwa seolah-olah pemimpin yang usianya lebih muda pastilah membawa perubahan. Untuk menilai jawaban terhadap pencarian sosok pemimpin yang siap membawa perubahan, bukanlah sekedar karena spirit semata, melainkan komitmen dan pemahaman yang utuh terhadap seluk beluk persoalan bangsa ini dan mau belajar serta membuka wawasan dengan sejumlah pengalaman pemimpin-pemeimpin negara lain yang setara dengan Indonesia dan mereka berhasil secara ekonomi dan politik, sebut saja diantaranya negara Malaysia, Vietnam, Venezuela, Iran, Kuba. Keberhasilan negara-negara ini adalah karena komitmen utama dari sang pemimpinnya. Bahwasanya mereka sadar dan paham akan sejarah, kondisi dan potensi negrinya sendiri, sehingga tahu kemana akan membawa negrinya mewujudkan kesejahteraan. Mereka punya cita-cita dan visi kebangsaan. Inilah pemimpin yang kita butuhkan.
44 Tahun Lampung Menuju Pilkada Gubernur 2008
Beberapa bulan kedepan Pilkada Gubernur Lampung pun akan digelar. Tepat genap 44 tahun sudah usia provinsi Lampung sejak pertama kali berdiri sebagai provinsi tersendiri setelah dilepas pada 18 Maret 1964 dari Sumatera Bagian Selatan atau Sumbagsel. Pemilihan Gubernur akan diselenggarakan secara langsung. Pilgub tahun 2008 ini akan menjadi sejarah bagi perkembangan politik Lampung, karena untuk pertama kalinya masyarakat Lampung akan memilih Gubernurnya secara langsung. Kita berharap dalam momentum Pilgub Lampung ini dapat pula turut memunculkan tokoh-tokoh muda. Yang paling utama harus diperhatikan oleh KPUD Lampung, agar mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan mewujudkan Pilkada damai dan tertib, sebaik-baiknya untuk penyelenggaraan Pilgub ini agar kemudian tidak menjadi potensi konflik paska Pemilihan Gubernur sebagaimana yang terjadi di Sulawesi Selatan dan Maluku Utara yang kini masih menyisakan konflik antar pendukung dan partai serta lempar tanggung jawab penyelesaian antara pihak Mendagri dan DPRD. KPUD Lampung juga harus memastikan penyelenggara pemilihan dari tingkat provinsi sampai kecamatan meliputi TPS serta mempersiapkan kesiapan-kesiapan teknis lainnya yang dibutuhkan agar distribusi logistik Pilkada terpenuhi ke seluruh pelosok provinsi.
Kita harapkan Lampung kedepan akan semakin meningkatkan pembangunan Industrialisasi Nasional secara lebih terarah dan terencana dan menjadi stimulus pemberdayaan perekonomian masyarakat sehingga bisa menargetkan penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung kedepan. Semoga saja kemunculan para kandidat calon gubernur Lampung 2008 nanti akan memunculkan calon pemimpin yang memiliki komitmen kuat, yang dapat kita banggakan terlepas apakah mereka dari kalangan tua ataupun muda, asalkan memiliki komitmen membangun Bumi Ruwah Jurai ini. Pastilah ini harapan kita semua.


Maeda Yoppy

Aktivis Sosial dan Pemerhati Politik


Komentar

Postingan Populer