Pergulatan CIA : Kapitalisme VS Komunisme



Pergulatan CIA : Kapitalisme VS Komunisme
Sebagian pejabat dan masyarakat merasa kaget dan tidak percaya akan pernyataan yang dituliskan oleh Tim weiner dlaam bukunya yang berjudul “Membongkar Kegagalan CIA”. Rasa tidak senang bahkan marah mulai muncul menolak Adam Malik dikatakan sebagai agen CIA. Terlepas benar atau tidaknya, patut kita mencermati posisi dan kehadiran CIA dalam berbagai sepak terjang politik AS dan peran dominasinya di kancah peristiwa politik berbagai belahan dunia.

Hampir menjadi rahasia umum dimanapun diseluruh dunia, bahwasanya CIA hampir selalu terlibat dalam berbagai rangkaian operasi untuk membawa kepentingan AS di negara-negara lain. Dari cara-cara memberikan subsidi, konsesi bahkan bantuan uang dan senjata. Disinyalir bahwa CIA terlibat dalam sejumlah penggulingan penguasa atau presiden di berbagai negara yang tidak sesuai atau tidak sejalan dengan kepetingan ekonomi dan politik AS.

Sejarah kemunculan CIA bermula ketika munculnya kebutuhan kegiatan intelijen untuk kebijakan luar negri paska perang dunia 2, dimana presiden AS saat itu Franklin Delano Roosevelt menugaskan seorang pengacara New York, Willian J Donovan untuk membantunya membua tdrfat rancangan praktek intelijen. Lalu dibentuklah OSS (Office of Strategic Services) dengan mengumpulkan dan menaganalisa berbagai informasi dan selama perang bertugas membantu Militer AS dalam rumusan strategi perangnya serta membantu kebijakan militer AS. Dilanjutkan pada masa President Harry S. Truman, mendirikan Central Intelligence Group in January 1946 dengan mengkoordinasikan jajaran departemen intelijen yang ada.

Kapitalisme VS Komunisme
Mengungkap kejahatan ataupun kegiatan CIA diberbagai peristiwa politik di dunia bukanlah hal baru, sudah demikian banyak terbit buku semacam ini, baik secara umum melaporkan kegiatan spionase dan intelijen CIA maupun keterlibatan secara khusus di berbagi operasi dan negara. Secara umum bila kita telaah, banyak sekali praktek-praktek maupun operasi CIA yang terjadi merupakan kepentingan untuk menghancurkan gerakan kiri di berbagai belahan dunia yang beraliran ideologi Sosialis dan Komunis. Tampaknya AS yang berlandaskan ekonomi Kapitalisme dan mengagungkan Pasar Bebas, tidak akan pernah sekali-kali memberikan ruang bagi gerakan Komunisme di berbagai negara apalagi di negrinya sendiri. Bagi AS rupanya tidak ada demokrasi untuk apapun yang mengatasnamakan kepentingan Komunisme. Hal ini bisa dipahami. Kapitalisme dan Komunisme adalah bagaikan Air dan Api, keduanya saling bersifat kontadiktif dan saling bertentangan. Tidak akan pernah menyatu.

Prinsip kapitalisme adalah mengakumulasi modal atau keuntungan sebanyak mungkin melalui proses ekonomi yang dirangkai dalam sistem Pasar Bebas dan Liberalisme, negara tidak boleh mengontrol segala praktek ekonomi yang terjadi di masyarakat dan membiarkan terjadinya persaingan bebas atau istilahnya pasar bebas. Negara tidak diijinkan berpihak termasuk kepada rakyatnya sekalipun. Bila masyarakat diberi subsidi oleh negara dikatakan oleh para ekonom Kapitalisme “jangan memanjakan rakyat, nanti rakyat jadi malas bekerja keras”.

Sementara itu Sosialisme dan Komunisme berprinsip bahwa negara harus mengatur segala proses dan mekanisme keseluruhan yang terjadi dalam masyarakat dan negara, mengontrol sepenuhnya. Kekuatan swasta dibatasi. Tidak berlaku prinsip akumulasi modal. Karena negara bertanggung jawab atas sejumlah penyediaan kebutuhan masyarakatnya, maka negara merasa wajib terlibat dalam berbagai pengelolaan ekonomi dan politik dinegaranya. Sebutlah di Cina dahulu melakukan pembatasan terhadap jumlah anak yang boleh dilahirkan oleh warganya atau suatu keluarga. Negara Cina saat itu memang menjamin biaya kesehatan dan sejumlah subsidi lainnya bagi setiap warganya. Namun pembatasa anak ini sempat di diskreditkan sebagai tindakan tidak demokratis negara komunis Cina akan hak-hak warganya.

CIA dalam Penumbangan Politik Negara-negara di Dunia
Sejumlah peran praktek intelijen CIA di berbagai negara di dunia terlalu banyak melakukan intervensi politik militer dan penghancuran gerakan sosialis dan komunis. Tak hanya itu, termasuk juga pada pelemahan, pemecahan bahkan penghancuran gerakan fundamentalis Islam. Satu kata kunci AS untuk semua aliran ideologi tersebut, yakni terorisme.

Sebuah buku mengupas praktek keterlibatan CIA dalam kancah politik di Indoensia pernah terbit pada tahun 2002, yakni berjudul Dokumen CIA, Melacak Penggulingan Sukarno dan Konspirasi G30S-1965 yang merupakan terbitan Hasta Mitra yang dipimpin oleh Joesoef Isak dahulu bersama Pramoedya Ananta Toer. Dalam kasus tergulingnya Soekarno dan pemberantasan gerakan komunis di Indonesia, CIA dinyatakan terlibat dengan salah satunya mendukung gerakan pemberontakan PRRI/Permesta yang adalah gerakan anti komunis. Termasuk juga melibatkan penuh kesatuan Tentara dan Militer Indonesia saat itu. Fenomena politik Indonesia saat itu memang dinamis, berbagai aliran ideologi dan partai politik mewarnai dinamika politik Indonesia saat itu, bahkan sejak masa Kolonialisme belanda hingga paska kemerdekaan, sampai akhirnya berhenti di masa Orde Baru. Penerimaan akan berbagai kekuatan politik tersebut khususnya kekuatan Partai Komunis Indonesia yang menguasai Parlemen, menimbulkan kekhawatiran yang luar biasa bagi AS.

Tak hanya di Indonesia, di sejumlah negara lain pun terjadi. Sebut saja di Cina, pada masa kemunculan Partai Komunis Cina (Kuo Min Tang) dipimpin oleh Mao Tse Tung melawan Partai Nasionalis Cina (Guo Min dang) yang dipimpin oleh Chiang Kai Shek. Untuk memerangi gerakan komunis Cina, CIA bahkan memberikan dukungan berupa uang dan senjata kepada Partai Nasionalis Cina saat itu. Sementara sadar dengan kekuatan Partai Nasionalis Cina yang didukung dengan persenjataan mutakhir dari AS, Partai Komunis Cina mengajak koalisi dengan Partai Nasionalis Cina membentuk front persatuan untuk sama-sama melawan satu musuh utama yakni imperialis Jepang. Kedua partai ini memang berkoalisi tapi tercatat belasan sampai puluhan ribu anggota dan massa Partai Komunis Cina terbantai dan terbunuh oleh Partai Nasionalis Cina atas dukungan AS. Demikian pentingnya target menghancurkan gerakan komunis, Chiang Kai Sek bahkan lebih memprioritaskan penghancuran terhadap gerakan komunis Cina tersebut ketimbang menghalau invasi Jepang ke Cina. Peluang ini dimamfaatkan dengan baik oleh gerakan komunis cina untuk menghimpun kekuatan masyarakat cina dengan semangat nasionalisme anti imperialisme Jepang yang melakukan pendudukan di wilayah daratan Cina. Chiang Kai Sek akhirnya kalah dan menduduki wilayah pulau yang kini bernama Taiwan. Sampai saat ini pun hubungan Cina dan Taiwan tidak berjalan harmonis karena tidak bisa dilepaskan dari ikatan di masa lalu tersebut.

Sementara itu di Iran, paska Revolusi Iran yang bergema luas di seluruh dunia, khususnya di timur tengah, kekuatan sosialis komunis Iran bangkit bergelora dan mengkhawatirkan Washington. Mossadegh seorang nasionalis revolusioner Iran yang kemudian menjadi Perdana Menteri Iran, beraliran kiri tersebut menuntut dan mengusulkan nasionalisasi perusahaan minyak milik Inggris Anglo-Iranian Oil Company (AIOC). Inggris yang adalah sekutu lama AS dalam berbagai perang dunia, mengajak AS terlibat mendukung kepentingannya di timur tengah tersebut. Usulan nasionalisasi disetujui, Mossadegh kemudian mengangkat sejumlah posisi Menteri kepada kader-kader Partai Komunis Iran, hal ini sangat menkhawatirkan AS dan memutuskan harus segera mendongkel Mossadegh, dan kemudian menggantinya dengan Shah Iran sebagai penguasa tertinggi Iran dan sejak saat itu Iran bersekutu dengan AS.

Demikian juga yang terjadi di Kuba, pada tahun 1961 terjadi upaya penyerangan dan pendaratan tentara AS ke Teluk Babi yang mampu digagalkan oleh kekuatan tentara sosialis Kuba. Peristiwa ini memalukan bagi pemerintahan presiden Jhon F kennedy dan membuktikan kepada dunia adanya kepentingan AS terhadap kepentingan penggulingan kekuasaan Fidel Castro sang pemimpin Kuba. Paska penyerangan militer yang gagal tersebut, penyerangan dengan menggunakan kekuatan media pun dilakukan dan dilancarkan secara masif oleh pihak AS untuk mengeliminasi Kuba serta pembunuhan karakater Fidel Castro dan masyarakat Kuba, baik lewat media, berita dan film-film produksi hollywood.

Demikian halnya dengan gagalnya intervensi CIA dalam kudeta yang dipelopori oleh Carlos Ortega dan Pedro Carmona oposan dari Presiden Hugo Chavez pada tahun 2002. Kudeta ditujukan untuk mendongkel Hugo Chavez tersebut hanya berhasil selama 3 hari, karena kemudian unit pasukan tentara Venezuela yang loyal kepada Chavez menyelamatkan Hugo Chavez dengan mengambil alih dan memulihkan istana serta kemudian menemukan dan membawa Chavez dari pengasingan tentara yang berpihak pada oposisi Chavez tersebut. Paska gagalnya kudeta intervensi CIA di Venezuela yang adalah peghasil minyak no 5 terbesar dunia ini, AS kemudian mengalihkan perhatian ke negara di Timur Tengah, disanalah kekayaan sumber daya alam minyak.

Jika mau dikupas secara teliti terlalu banyak contoh kasus yang tidak bisa termuat dalam sebuah artikel, masih banyak contoh kasus serupa yang terjadi negara-negara lain yang bertujuan menghancurkan kekuaatn kiri sosialis komunis, diantaranya di Filipina, Italia, Nikaragua, Cile, Dominika, dll.
Tak hanya memerangi komunisme di negara asing, didalam negri AS pun pelacakan akan kekuatan ataupun personal-personal yang dinilai simpatisan ideologi sosialisme dan komunisme dilancarkan. Sebut saja Mc Carthy yang adalah pimpinan CIA, ia mencurigai, menangkapai dan memenjarakan begitu banyak warganya yang dituduh komunis. Salah satu korbannya adalah Charlie Chaplin, artis komedian terkenal Amerika yang tepaksa harus terusir keluar dari AS. Gerakan Mc Carthyisme” pun dilancarkan untuk memberantas setiap benih-benih nilai komunisme di AS

Maeda

Komentar

Postingan Populer