S. Maeda Yoppy Nababan: Perempuan Pemimpin aktivis Reformasi’98, Kini Maju ke Gelanggang DPRD DKI Jakarta
Tidak banyak perempuan pemimpin aktivis '98 yang masih konsisten untuk berjuang demi kepentingan rakyat. S. Maeda Yoppy Nababan, yang sebelumnya berjuang di tengah masyarakat kini terjun ke politik dan tampil sebagai Calon Legislatif DPRD DKI Jakarta. Berjuang ‘dari luar’ (aktivis demonstran) memang baik. Tetapi akan jauh lebih efektif jika dapat berjuang ‘dari dalam’. Dari aksi jalanan ke aksi nyata dalam sistem formal (lembaga legislatif). Itu prinsip dasar yang kini tengah ingin dicapai oleh seorang S. Maeda Yoppy Nababan.
Kali ini, KOMODOPOS.com ingin memperkenalkan salah seorang tokoh perempuan pemimpin aktivis Reformasi 98, yang kini maju sebagai caleg di DPRD DKI Jakarta. Berikut profil singkat sang tokoh, serta beberapa agenda perjuangan yang ia usung.
Posko S. Maeda Yoppy Nababan, Jln. Swadaya X. RT.014. RW.O7. Pulo Gebang BKT. |
S. Maeda Yoppy Nababan lahir di Kutacane, Aceh Tenggara 19 Maret 1979. Ayahnya bernama Mangatas Nababan dan ibunya bernama Ida Hana Tiolina Tambunan. Ia ‘boru’ Batak, ‘boru’ Nababan generasi ke-20. Maeda adalah aktivis Universitas Indonesia (UI) tahun 1998. Ia telah menjadi aktivis sejak duduk di bangku kuliah di Universitas Indonesia, Depok. Pada zaman gerakan Reformasi’98, ia bersama-sama sejumlah elemen gerakan lainnya turun ke jalan untuk menggaungkan tuntutan reformasi. Dan perjuangan Maeda dan kawan-kawan seperjuangannya itu, berhasil. Rezim otoriter diganti. Ekonomi Negara kembali pulih. Rakyat pun dapat memulai hidup dalam alam demokrasi.
S. Maeda Yoppy Nababan (Tengah) |
Maeda menempuh pendidikan menengah di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kota Bekasi. Kemudian ia melanjutkan pendidikan Diploma di bidang Public Relations Interstudi. Setelah itu, ia mengambil bidang Diploma Sastra Jerman-Fakultas Sastra UI. Setelah itu, ia mengambil Program Extensi Politik FISIP Universitas Indonesia. Kemudian ia mengambil bidang studi Sarjana Sosiologi(S1) Universitas Terbuka. Ia menyelesaikan Program Magister Filsafat (S2) di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara-Jakarta.
Maeda adalah aktivis mahasiswa UI tahun 1998. Sejak era Reformasi, ia aktif melakukan advokasi; antara lain menolak kenaikan biaya kuliah dan komersialisasi pendidikan, memperjuangkan kebebasan demokrasi, memperjuangkan kenaikan upah buruh dan tanggal 1 Mei sebagai hari libur, isu petani dan menolak kebijakan impor pangan, menolak kenaikan harga BBM, menolak kebijakan pasar bebas, memperjuangkan tuntutan subsidi kesejahteraan rakyat dan berbagai tuntutan perjuangan lainnya.
Berjuang Dari Dalam Sistem
Setelah bertahun-tahun berjuang di ‘jalanan’, kini Maeda ingin berjuang ‘dalam sistem’. Ia sadar bahwa berjuang di dalam, jauh lebih efektif, ketimbang di luar. Itulah sebabnya, ia kemudian ikut ‘bertarung’ pada ajang Pemilu 2019. Kini, Maeda maju sebagai calon legislatif (Caleg) DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 2019 dari PDI-Perjuangan. Ia mewakili daerah pemilihan (Dapil) Jakarta TimurIV, Matraman, Pulogadung, dan Cakung. Maeda tercatat sebagai Caleg dengan Nomor urut 6.
Maeda Yoppy Nababan tak sekadar maju. Ia maju dengan sebuah tekad serta agenda perjuangan nyata yang ia akan perjuangkan dengan sungguh-sungguh, ketika terpilih sebagai wakil rakyat DKI Jakarta nanti. Ia memang seorang aktivis tulen yang memiliki idealisme dan nilai-nilai perjuangan yang tak pernah padam. Ini dapat terlihat dari beberapa program dan agenda kerja yang ia usung dalam proses pencalonannya. Program kerja nyata yang ia tawarkan rasanya tidak muluk-muluk. Ia memilih untuk mengerjakan hal yang konkret, terukur dan realistis sesuai dengan spot yang memungkinkannya untuk dterapkan. Beberapa di antara agenda perjuangan yang hendak diwujudkannya itu, antara lain:
Pertama, mendorong gerakan tanam sayur melalui hidroponik. Dalam program ini, ia akan berusaha untuk; menghidupkan gerakan hijau tanpa tanah di rumah-rumah warga. Mengembangkan potensi ekonomi dari gerakan hidroponik. Dan mengembangkan potensi ekonomi dari gerakan kompos organic.
Kedua, membentuk jaringan ekonomi usaha kecil. Dalam program ini, ia akan memperjuangkan akses simpan-pinjam modal usaha untuk pedagang pasar, warung kecil, kaki lima dan usaha kecil lainnya, serta memberikan pendampingan usaha secara nyata.
Ketiga, memperjuangkan Rumah Susun (Rusun) murah dan layak untuk warga miskin. Dalam program ini, ia akan memperjuangkan pemutihan dan penghapusan denda. Memperjuangkan hak kepemilikan Rusun untuk warga miskin. Dan memperjuangkan harga air murah yang dapat dijangkaui rakyat miskin.
Keempat, mengkonkritkan program Posyandu Lanjut Usia (Lansia). Dalam program ini, ia akan memberikan perhatian khusus untuk warga Lansia melalui pemberian gizi dan pemeriksaan kesehatan. Menyelenggarakan kegiatan olahraga (senam, yoga, pilates dan lainnya) bagi Lansia.
Kelima, mendirikan ‘rumah aspirasi’ untuk sarana dan kegiatan kaum muda-remaja. Dalam program ini, ia akan mengadakan Kelas Tari (Pop Dance) dan kelas kegiatan lainnya. Mengasuh kelas bimbingan belajar dan ujian masuk perguruan tinggi (khusus untuk SMA) dan mendorong kelompok belajar dan diskusi untuk di beberapa komunitas pendampngan.
Keenam, memperjuangkan peningkatan kualitas layanan masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan dan administrasi kependudukan. Dalam program ini, ia akan mendirikan posko pengaduan layanan masyarakat. Memberikan akses informasi pengurusan sertifikat tanah. Dan membantu penanganan masalah yang dihadapi masyarakat.
Program Kerja |
Maeda termasuk tokoh yang ulet dan pekerja keras. Program kerja yang ia tawarkan semua bernuansa kerja konkret. Tidak di awang-awang, tetapi serba terukur. Mungkin karena latar belakang seorang Maeda yang adalah aktivis, serta dibarengi dengan pengalaman kerja yang mumpuni di berbagai sektor yang ia pernh geluti. Baik di berbagai organisasi maupun di dunia kerja. Ini dapat terlihat dari sejumlah pengalamannya.
Posko S. Maeda Yoppy Nababan, Jln. Swadaya X. RT.014. RW.O7. Pulo Gebang BKT. |
Maeda misalnya, pernah bekerja sebagai Koordinator Jaringan Sekretariat Nasional-Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK). Ia juga pernah menjadi Manajer Pengembangan Bisnis Sekretariat Nasional-Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK). Selain itu, ia pernah bekerja sebagai Senior Investigator PT Consolidated Survey Indonesia.
Maeda juga pernah berkarir di berbagai bidang, seperti menjadi Pengurus Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara dan pengurus Ikatan Alumni Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Budaya(ILUNI-FIB UI). Selain itu, ia pernah menjadi Pengurus Asean Solidarity Economic Council (ASEC Indonesia). Kini ia aktif sebagai staf DPP PDI Perjuangan, bidang Pemenangan Pemilu dan anggota Komite Pemenangan Pemilu pusat DPP PDI-Perjuangan.
Ia juga aktif mempromosikan kain Tenun Nusantara ke luar negeri. Pada tahun 2013, ia memimpin advokasi UU Koperasi ke Mahkamah Konstitusi (MK) melalui lembaga Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK). Setelah itu, pada tahun 2015 ia bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) melakukan advokasi gugatan hukum atas jalan rusak yang menewaskan ayah tirinya, Ponti Kadron Nainggolan ke Pengadilan Negeri Kota Bekasi. Ia menjalani sidang selama 2 tahun, namun Pengadilan tidak memenangkan perkaranya.
Salama 11 tahun, ia aktif sebagai ‘parlemen jalanan’ alias tukang demo. Sejarah perjuangannya sebagai pejuang demokrasi, menjadi inspirasi bagi Novelis Ayu Utami untuk menulis kisah Film layar lebar berjudul “RUMA MAIDA” (lihat di https://www.youtube.com/watch?v=AOI4wKvz4Ik)
Prestasi Maeda, cukup gemilang. Dengan pengalaman segudang itu, akan dijadikannya sebagai modal untuk diperjuangkannya di dalam system. Dan orang-orang seperti Maeda inilah yang sejatinya perlu didukung oleh warga DKI Jakarta dalam Pemilu 17 April yang akan datang.
Ayo…mari kita dukung aktivis reformis seperti Maeda ini. Ia layak dijadikan sebagai “penyambung lidah rakyak kecil” di lembaga DPRD DKI Jakarta. Saatnya orang muda enerjik yang penuh idealism, kita dukung bersama. Majulah hai Maeda. Negeri ini butuh figure bersih seperti Anda. *(Silvester de Gea)
Editor: Bintang
Komentar